Kalbar Siap Kembangkan Sapi Perah Tropis

Pontianak Post;Sabtu, 7 Juli 2007


Pontianak,- Sejak beberapa pekan terakhir, masyarakat Indonensia dibuat resah dengan meroketnya harga jual susu. Jika sudah begini, balita menjadi kelompok yang amat dirugikan. Di masa tumbuh kembangnya, kuantitas pasokan nutrisi serta vitamin yang diperoleh dari susu terancam berkurang. Faktor apa yang menjadi penyebabnya?

Laporan Pringgo-Pontianak

SEJUMLAH kalangan menilai bahwa kenaikan harga susu formula bagi balita ini lebih disebabkan oleh berkurangnya produksi susu dunia. Hingga saat ini 70 persen kebutuhan susu Indonesia masih dipasok dari Australia dan New Zealand. Sementara produksi susu dalam negeri hanya mampu menutupi 30 persen dari sisa kebutuhan yang ada.

Akibat tingginya ketergantungan terhadap susu impor tersebut, lambat laun segala sesuatunya terasa menjadi sulit. Persoalan mulai muncul manakala pasokan susu dari luar mulai menurun. Informasi yang berkembang menyebutkan bahwa saat ini telah terjadi musim panas berkepanjangan di Austalia dan New Zealand.

Akibat iklim yang kurang bersahabat, produksi susu pun mengalami penurunan yang cukup tajam. Ini terjadi karena ketersediaan pakan hijau bagi ternak sapi perah telah berkurang. Sejumlah ahli belum bisa meramalkan kapan berakhirnya kondisi buruk ini. Menyikapi tingginya harga jual susu, sejumlah kalangan berupaya memberikan solusi.

Beberapa jalan keluar yang ditawarkan antara lain menggalakkan gerakan penggunaan ASI (Air Susu Ibu), mengganti mengkonsumsi susu sapi dengan susu kambing atau susu kedelai, mengembangkan sapi perah tropik dan lain sebagainya. Khusus untuk penawaran yang terakhir ini, sekarang pemerintah tengah melakukan upaya pengembangan.

Seperti diungkapkan Kepala Dinas Kehewanan dan Peternakan Kalbar, drh H Abdul Manaf Mustafa, saat ini pemerintah tengah mencoba untuk mengembangkan sapi perah tropis. Sapi perah jenis ini merupakan hasil perkawinan silang, antara sapi perah unggul dari Belanda dengan sapi perah unggul dari India. “Jenis sapi tropis ini diyakini sebagai solusi yang tepat dalam mengatasi ketergantungan impor susu,” terangnya.

Tujuan dari mengkawinsilangkan kedua jenis sapi perahan ini tak lain adalah untuk memperoleh jenis sapi unggul yang mampu hidup di daerah tropis, seperti alam Indonesia, khususnya Kalbar. Secara genetika, sapi perah unggul asal Belanda memiliki kelebihan dalam memproduksi susu berkualitas tinggi. Tapi sayang, sapi jenis ini hanya mampu memproduksi susu dalam jumlah banyak di daerah dingin. Sementara sapi perah asal India memiliki sifar kebalikannya.

Kendati pengembangbiakan sapi perah tropis ini memerlukan waktu yang cukup panjang, namun Manaf berkeyakinan bahwa suatu saat nanti Indonesia pasti akan memiliki sapi perah unggul jenis baru. Dan Kalbar akan siap menjadi daerah pengembangbiakannya. (**)

No comments yet

Tinggalkan komentar